bukabaca.id, Makassar – Hobi Kerja adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pendidikan dan pelatihan. Untuk menambah wawasan warga makassar Hobi Kerja gelar seminar nasional hadir dengan tema ‘Adakah Ide untuk Indonesia?’. Kegiatan ini berlangsung di Auditorium H Bata Ilyas STIE Amkop Makassar, Jalan Meranti, Kecamatan Panakukang, Kota Makassar, Rabu (6/11/2019).
Kegiatan yang dihadiri oleh sembilan pemateri yaitu Rijal Djamal sebagai Konten Kreator, Wahyu Tasmin Direktur Hobi Kerja, Zakir Sabara selaku Dekan FTI UMI, Syamsu Rizal (Deng Ical) sebagai Ketua PMI Kota Makassar, Gamal Albinsaid selaku Founder Impact Indonesia, Muhammad Eka Pracandra selaku CEO MEC Indonesia, Bahtiar Maddatuang selaku Ketua STIE Amkop Makassar, dan Andi Izman M Padjalangi selaku anggota Dewan DPRD Provinsi Sulawesi Selatan, serta Iin Fadhilah Utami Tammasse selaku Mapernas 2017.
Ketua PMI Kota Makassar, Syamsu Rizal, mengatakan ini merupakan kegiatan yang sangat luar biasa, inspiratif. “Alhamdulillah, saya bangga dekat dengan teman-teman MEC Indonesia dan Hobi Kerja yang tidak pernah berhenti kreatif dan selalu menunjukkan kreativitasnya untuk mendorong orang untuk semakin kreatif,” ucap Syamsu Rizal.
Pria yang akrab disapa Deng Ical berharap bahwa permasalahan anak muda saat ini adalah banyak terpunggung oleh prototype-prototype negatif yang membuat kita tidak kreatif sehingga potensi yang kita miliki tidak keluar.
“Pertemuan semacam ini sangat bagus dengan hadirnya MEC Indonesia dengan Hobi Kerjanya,” lanjutnya.
CEO MEC Indonesia, Muhammad Eka Prachandra, mengungkapkan dirinya dahulu pernah bercita-cita jadi artis. “Kayaknya saya keren sekali jika jadi artis, saya bisa main gitar, bahkan lagu saya dipakai pada soundtrack (film) ‘Uang Panaik’. Saya sebenarnya dikasih beasiswa, tapi saya tidak boleh egois,” pungkasnya.

Menurutnya, jika mengambil beasiswa S2 yang diberikan, waktunya akan fokus pada pendidikan, dan tidak akan punya waktu untuk karyawan. “Saat ini, saya menyerahkan seluruh waktuku untuk karyawan-karyawanku, prinsip saya adalah satu yaitu saya mencintai mereka jauh sebelum kata itu menemukan kita. Kami masuk dari sisi yang lain. Kita datang bukan menjelaskan apa yang kita lakukan, tapi mengapa kita melakukan itu,” jelas Chandra
Lebih lanjut dia mengatakan mereka hanya butuh lingkungan untuk berinteraksi menggunakan bahasa Inggris, itu yang dibutuhkan oleh mahasiswa saat ini. “Makanya di komunitas kami saat ini membuat kursus bahasa Inggris itu menjadi sebuah komunitas, karena di situlah karakter dan mindset akan terbentuk,” tuturnya.
Chandra menjelaskan, mindset bercita-cita akan segala seuaatunya bisa dibentuk pendidikan dan modulnya yang dimulai dari mindset.
“Kenapa kita tidak membuat sekolah tani, padahal mahasiswa saat ini banyak yang merupakan anak petani. Mereka dibiayai untuk kuliah di Makassar, setelah mereka lulus, tidak ada yang mau jadi petani. Karena tidak ada sekolah petani, tidak ada komunitasnya, tidak ada yang menggambarkan bahwa petani itu keren,” tuturnya.
Dia pun menawarkan salah satu solusi misalkan buat sekolah petani modern. “Masalah terbesar Indonesia saat ini adalah ide dan SDM. Keduanya sangat berkaitan satu sama lain, SDM harus dibentuk agar mereka benar-benar berpikir untuk membesarkan Indonesia, sehingga bisa lahir orang-orang seperti yang ada di panggung ini. Mereka semua lahir karena mereka semua benar-benar berpikir i want to do something for Indonesia,” ucapnya.
Pada sesi terakhir, Founder Impact Indonesia Gamal Albinsai mengatakan sebagai anak muda kita harus punya keberanian. “Jadilah liar, gak apa-apa. Berani, tetapi tetap santun. Jadi bagaimana di usia muda kita bisa menghasilkan karya yang mempesona. Sebenarnya kami rindu akan sosok anak muda Indonesia yang menghasilkan karya, punya pencapaian yang mengagumkan,” ungkapnya.
Gamal mengatakan, punya hipotesis bahwa pada 15 tahun yang akan datang pemimpin itu lahir tidak lagi lahir dari partai politik, ormas besar, atau kepada daerah yang sukses, tetapi dari anak-anak muda yang punya karya nyata yang berdampak besar di masyarakat.
“Jadi, jadilah anak muda yang membangun bangsa dengan dompetnya sendiri. Gunakan teknologi untuk berkelahi melawan ketidakadilan. Anak muda harus punya insting untuk meluaskan dampak,” katanya. (Said)